Liputan6.com, London - Perusahaan minyak raksasa Saudi Aramco melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Ini adalah IPO terbesar sepanjang sejarah karena dalam penawaran ini Saudi Aramco akan meraup dana segar USD 25,6 miliar atau Rp 359,345 triliun (estimasi kurs 14.037 per dolar AS).
Mengutip CNN Business, Minggu (8/12/2019), perusahaan minyak dan gas (migas) yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi ini akan menjual 3 miliar saham dengan harga 32 riyal per lembar saham atau USD 8,53 per lembar saham. Jika dirupiahkan, harga saham tersebut Rp 119.735 per lembar saham.
Dengan harga tersebut, IPO Saudi Aramco ini akan mengalahkan rekor IPO terbesar yang sebelumnya dibukukan oleh perusahaan teknologi asal China yaitu Alibaba (BABA). Perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma tersebut IPO pada 2014.
Nilai valuasi Saudi Aramco dipatok sebesar USD 1,7 triliun atau senilai Rp 2.484 triliun. Nilai tersebut menyalip valuasi Apple Inc sebagai perusahaan dengan valuasi terbesar di dunia dengan nilai valuasi USD 1,15 triliun.
Pada bulan lalu, Saudi Aramco mengatakan bahwa perusahaan akan menjual sekitar 1,5 persen dari 200 miliar saham.
Langkah melepas saham ini merupakan era baru liberalisasi ekonomi di Arab Saudi. Hal ini memberikan sinyal kepada investor bahwa Arab Saudi siap untuk masuk ke era baru yaitu terbuka untuk investor asing.
Ini juga merupakan salah satu visi yang dijalankan oleh Putra Mahkota Kerajaan Mohammed bin Salman untuk membuka bisnis ke industri lainnya di luar migas. rencana tersebut diharapkan bisa berjalan pada 2030.
Hingga kini Aramco belum menyatakan kapan tepatnya IPO dimulai. Namun sebelumnya sempat beredar kabar jika perusahaan tersebut dijadwalkan melepas saham pada 11 Desember 2019.
Kilang Minyak Diserang Drone, Saudi Aramco Tetap IPO
Sebelumnya, dua fasilitas kilang minyak Saudi Aramco diserang pesawat tanpa awak (drone). Namun serangan tersebut tidak menciutkan nyali perusahaan untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Mengutip Bloomberg, Rabu 18 November 2019, sejumlah bank telah ditunjuk untuk mempersiapkan rencana IPO perusahaan migas tersebut.
Adapun Aramco sudah menunjuk JP Morgan Chase & Co sebagai pemimpin rencana IPO, bersamaan dengan bank lainnya yaitu Morgan Stanley, Bank Nasional Saudi, Bank of America Merrill Lynch, Goldman Sachs, Credit Suisse, Citigroup, HSBC Holdings, dan Samba Financial Group.
Dari serangan drone tersebut, diketahui produksi perusahaan migas raksasa itu kehilangan sekitar 5,7 juta barel per hari. Jumlah itu setara dengan 5 persen dari pasokan dunia.
Dengan adanya insiden ini, para pejabat Aramco semakin tidak optimistis terkait proses pemulihan produksi minyak bakal berlangsung cepat.
"Lebih dari 70 persen adanya peluang penundaan IPO Aramco, jika mereka menginginkan penilaian saham yang lebih tinggi. Biaya risiko menjadi faktor pertimbangan para investor terhadap Aramco sebelum serangan ini benar-benar perlu diubah," ujar Analis Saham Al Dhabi Capital, Mohammed Ali Yasin.
Adapun dalam aksi korporasi ini Saudi Aramco berencana melepas 1 persen sahamnya untuk memperoleh pendanaan sebesar USD 20 miliar. Kemudian akan melepas kembali 1 persen sahamnya di tahun 2020 ke pasar internasional.
No comments:
Post a Comment