Pages

Sunday, December 29, 2019

YLKI Minta Masyakarat Tak Tergiur Pesta Diskon Tahun Baru

Liputan6.com, Jakarta - Jelang tahun baru, biasanya dimeriahkan dengan pesta diskon yang gencar dilakukan oleh para pelaku usaha ritel dan pengelola mal. 

Pesta diskon tersebut bukan hanya menawarkan berbagai potongan harga besar-besaran, tapi juga dengan berbagai strategi marketing lain, seperti beli dua gratis satu, bahkan beli tiga pun gratis satu. 

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menghimbau agar konsumen tetap kritis dan waspada terhadap pesta diskon tersebut, sebab pada akhirnya pesta diskon tersebut salah salah menggerus kantong masyarakat.

"Paradigma konsumen menjadi konsumtif, membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (30/12/2019).

Selain itu, pesta diskon sejatinya bukan hal yang baru, sebab pesta diskon setiap hari juga diberikan oleh retailer fashion di semua super market. 

Pesta diskon juga harus diwaspadai, lanjut Tulus, sebab alih-alih mendapatkan produk fesyen yang levelnya apkiran, model yang sudah usang, dan bahkan fashion yang mempunyai cacat tersembunyi.

"Maksud hati meraih diskon bejibun, tetapi endingnya malah konsumen merugi. Jangan sampai konsumen gigit jari," tandas dia.

2 dari 3 halaman

Jelang Harbolnas, YLKI Minta Konsumen Jangan Termakan Iming-Iming Diskon

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengimbau masyarakat tak terjerat perilaku konsumtif menjelang Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 11 November 2019.

Dia bilang, perilaku belanja berbasis daring (online) makin digandrungi masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda milenial. Harga yang lebih murah menjadi pertimbangan utama, apalagi masih diiming-imingi diskon, cash back, pay later, dan lainnya.

"Pertama konsumen tetap harus mengedepankan perilaku belanja yang kritis dan rasional. Belanjalah berdasar pada kebutuhan bukan keinginan. Jangan terjerat bujuk rayu diskon, sebab banyak diskon hanyalah gimmick marketing alias diskon abal-abal," ujarnya Minggu (10/11/2019). 

Selain itu, Tulus juga bilang konsumen harus mengedepankan kewaspadaan dan kehati-hatian dalam berbelanja online. Cermatilah profil pelaku usaha dari market place yang menawarkan belanja online yang bersangkutan.

"Jangan sampai konsumen dirugikan oleh transaksi belanja online dari market place yang tidak kredibel. Alih alih konsumen malah tertipu. Sebab berdasar data pengaduan YLKI selama 5 tahun terakhir, pengaduan belanja online selalu menduduki rating tiga besar," ujarnya.

"Dan ironisnya prosentase pengaduan tertinggi yang dialami konsumen adalah barang tidak sampai ke tangan konsumen. Artinya masih banyak persoalan dalam belanja online dalam hal perlindungan konsumen," tambah dia.

Dari segi pelaku usaha, Tulus berujarpara pelaku market place juga harus mengedepankan strategi promosi, iklan dan marketing yang bertanggungjawab dan menjunjung etika bisnis yang transparan.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/2SCjYny

No comments:

Post a Comment