Liputan6.com, Jakarta - Cyber Bullying atau dapat dikatakan intimidasi dalam dunia maya marak terjadi akhir-akhir ini. Intimidasi dalam dunia maya dapat berupa ejekan ataupun hinaan yang bertujuan untuk mempermalukan seseorang. Untuk beberapa kasus, cyber bullying ini dapat membuat seseorang mengalami depresi hingga menyebabkan kematian.
Bentuk dari cyber bullying ini pun beragam, seperti berupa pesan ancaman, hingga mengunggah foto yang bertujuan untuk mempermalukan korban. Saat ini, motivasi yang dilakukan oleh para pelaku cyber bullying pun beragam yaitu, ada yang melakukannya karena marah dengan si korban, ada juga yang berkeinginan untuk balas dendam, iri, hingga untuk mencari perhatian dari banyak orang.
Menurut hasil riset Polling Indonesia yang bekerjasama dengan Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII), sekitar 49 persen Warganet di Indonesia pernah menjadi sasaran bullying di media sosial. Hal ini juga didukung oleh Sekjen APJII, Hanri Kasyfi yang mengungkapkan bahwa hal tersebut didapatkan dari hasil survei yang dilakukan kepada para pengguna internet di Indonesia selama periode bulan Maret hingga 14 April 2019.
Hasil penelitian yang dimuat dalam Jurnal of Medical Internet Research menyatakan bahwa, anak-anak yang menjadi korban bullying di media sosial akan lebih berpeluang besar untuk menyakiti diri sendiri hingga melakukan bunuh diri.
Karena dianggap berbahaya, berikut alasan cyber bullying yang dapat merenggut nyawa seseorang:
1. Mengalami Gangguan Emosional yang Cukup Parah
Melansir dari Sciencedaily.com, professor Ann John dari Swansea University Medical School yang telah memimpin penelitian mengenai cyber bullying dengan melibatkan 150.000 anak muda dari 30 Negara dan melibatkan penelitian Oxford University menemukan bahwa kejahatan di dunia maya dapat menimbulkan gangguan pada fisik ataupun psikis.
Masalah yang diderita korban bullying ini juga menjadi cukup parah kerena gangguannya dapat memperlihatkan keganjilan, seperti kesulitan bergaul hingga kesulitan untuk berkomunikasi.
2. Tidak ada Tempat untuk Berbagi
Seseorang yang mengalami bullying ini juga kerap kali tidak bisa berbagi konflik yang sedang ia alami, mereka lebih memilih untuk menyimpannya seorang diri.
Perilaku mengurung diri dan tidak ingin bergaul dengan siapapun juga didukung dengan minimnya perhatian dari keluaraga, sehingga korban bullying berpendapat bahwa mengakhiri hidupnya adalah jalan terbaik.
3. Kurang Kesadaran dari Pelaku
Cyber bullying dianggap dapat membunuh seseorang karena kurangnya kesadaran dari para pelaku, mereka menganggap bahwa bullying adalah hal yang biasa. Menurut seorang Psikiater dari Turku University Finlandia sebaiknya para orangtua, guru, hingga anak remaja dapat mengetahui dan lebih memahami bahayanya dari kejahatan dalam dunia maya.
Komentar yang negatif yang diberikan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab masih dianggap sebagai sesuatu yang lumrah, tanpa memikirkan para korban yang menerima komentar-komentar negatif tersebut. Jika demikian, karena kurangnya kesadaran dari para pelaku membuat korban bullying memilih untuk mengakhiri hidupnya karena merasa depresi dengan segala komentar negatif yang ia terima.
4. Korban Bullying Rata-rata Berumur di Bawah 25 Tahun
Menurut penelitian dalam Journal of Medical Internet Research mengungkapkan bahwa, seseorang yang mengalami bullying rata-rata berumur 25 tahun ke bawah dan usia muda yang lebih terkenal nekat untuk menyakiti diri mereka sendiri. Faktor ini juga berpengaruh pada angka korban bullying yang terus meningkat dan yang terus terjadi pada anak usia muda.
Jadi, gunakan jari-jari kalian dan media sosial dengan baik. Jangan sampai kita membunuh seseorang dengan perkataan-perkataan negatif yang kita berikan di kolom komentar.
Penulis: Natania Longdong
Universitas Esa Unggul
No comments:
Post a Comment