Liputan6.com, Jakarta - Dikenal sebagai negara yang kaya akan rempah, variasi makanan asli Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Berbagai cita rasa terbentang dari Sumatera hingga Papua. Tidak hanya orang Indonesia yang mengakuinya, bahkan beberapa makanan Indonesia sudah masuk ke dalam daftar makanan terenak di dunia, salah satunya rendang.
Kebanggaan itu membuat Chef Desi Trisnawati ingin mengenalkan lebih luas makanan Indonesia kepada dunia. Hal ini disampaikan saat ditemui pada konferensi pers Joe & Dough di Gandaria City Mall, Jakarta Selatan.
"Saya itu punya dream, kerinduan hati untuk mengangkat kejayaan kuliner Indonesia. Itu sebabnya kalau diperhatikan ada beberapa yang dikreasikan entah di fusion atau di modern Indonesia," ucap Desi.
Memiliki kesempatan untuk bekerja dengan perusahaan internasional sebagai food consultant, pemenang MasterChef Indonesia musim kedua ini mencoba untuk memperkenalkan makanan Indonesia kepada kliennya. Tak hanya itu, saat didapuk untuk membuat menu baru Joe & Dough, kafe asal Singapura yang terkenal dengan kopi dan pastry-nya, dia juga menyelipkan menu tradisional Indonesia pada cita rasa makanan barat.
Dia mengolaborasikan sambal dabu-dabu Papua pada croissant dan belacan (saus udang racikan rumah) pada pasta. Kombinasi ini menurutnya menjadi langkah yang baik untuk mengenalkan keragaman masakan Indonesia kepada masyarakat. Hal ini juga bisa mematahkan stigma bahwa masakan Indonesia kuno.
Keunggulan makanan Indonesia menurut Desi adalah rempahnya. Banyaknya bumbu yang digunakan memberikan kompleksitas rasa dan hal ini yang menjadi daya tarik bagi orang luar negeri untuk mencoba.
"Kalau kita lihat, ada nggak chef Indonesia? Nggak ada, karena terlalu luas. Adanya chef masakan Manado, masakan Jawa, masakan Padang. Dulu masa penjajahan, kita dijajah karena rempah-rempahnya," tuturnya kepada Liputan6.com.
Selain itu, proses memasaknya juga sangat berbeda dengan cara mengolah makanan luar negeri. Chef asal Bangka ini mengatakan bahwa masakan Indonesia banyak melakukan pre-cook, sedangkan makanan luar negeri kebanyakan memasukkan bahan makanan secara dadakan atau sekaligus.
"Kita itu terlalu kompleks, dari Indonesia Timur ada ikan asap, sei. Itu tekniknya menurut saya cukup sulit sebenarnya. Ketika salah, bisa jadi dia terlalu smokey," tambah Desi.
Ibu tiga anak ini juga menuturkan untuk masakan Sumatera, harus tahu cara memasak daging hingga matang namun bumbu dapat meresap sempurna. Di Bali, penggunaan gabah yang dibakar semalaman juga menjadi teknik yang tidak dapat dilakukan oleh semua orang.
Memperkenalkan Street Food ke Kanada
Pada Agustus lalu, Chef Desi mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Kanada karena diundang KJRI. Dia diminta untuk memasak makanan Indonesia ke George Brown College, Toronto.
Bukan memasak makanan yang jarang ditemui atau sulit dimasak seperti rendang, rica-rica dan lainnya. Dia justru memperkenalkan makanan yang awam di masyarakat, yakni tempe mendoan, soto ayam, nasi goreng dan cendol.
"Kenapa saya pilih empat ini? Karena empat-empatnya adalah street food. Artinya kalau suatu saat teman-teman Kanada datang, mereka bisa nemuin gampang empat macam itu," jelasnya saat ditemui pada Selasa, 24 September 2019.
Tahun depan, Desi direncanakan akan datang lagi ke sana untuk menjadi guest chef. Dia akan mengajar mahasiswa jurusan tata boga tentang makanan Indonesia.
"Harapan saya makanan Indonesia akan terkenal lebih luas lagi, bahwa Indonesia bukan hanya nasi goreng, bukan hanya sate. Banyak misteri-misteri kuliner Indonesia yang bikin orang ‘wow, ini ya Indonesia’," tutup Desi. (Novi Thedora)
No comments:
Post a Comment