Menurut Sobirin, BRT terpaksa melintas berputar di alun-alun untuk menutup jarak tempuh BRT yang telah ditentukan yakni 28,6 kilometer. Dari tujuh armada, hanya satu yang jarak tempuhnya terpenuhi. Adapun lainnya, berkisar antara 28 hingga 28,4 kilometer.
Dengan melintasi alun-alun, jarak tempuh BRT terpenuhi sesuai dengan kontraknya. Namun, setelah ada unjuk rasa ini, BRT akan mencari rute lain yang tak menganggu angkot.
Dia pun beralasan, melintasnya BRT di Alun-Alun Purbalingga tak disosialisasikan terlebih dahulu sehingga memicu gejolak. "Karena ini tingkatannya masih uji sehingga masih ada kalkulasi lain untuk melihat atau mengalihkan rute yang lain yang tidak mengganggu angkotan kota," Sobirin menjelaskan.
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Purbalingga, Heri Deviantoro mengatakan BRT adalah program baru di Purbalingga. Sebab itu, butuh koordinasi yang baik untuk seluruh pihak dan instansi terkait.
Utamanya untuk rute dan posisi halte. Dengan demikian, BRT Purwokerto-Purbalingga tak menggangu angkutan yang terlebih dahulu beroperasi di Purbalingga.
"Kita menyambut baik kesepakatan yang telah dilakukan antara Osaka dan operator BRT, dikarenakan pada kesepakatan awal alun-alun bukan merupakan rute yang dilintasi oleh BRT," ucap Heri melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Senin sore.
Meski berlangsung damai, unjuk rasa ratusan awak angkot ini tetap dijaga. Sejumlah polisi dan petugas Satpol PP dan Dinas Perhubungan tampak mengamankan unjuk rasa ini yang dipusatkan di depan Kantor Pemadam Kebakaran Purbalingga.
Simak video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment