Liputan6.com, Bandung - Kapten Esther Gayatri bukanlah kapten biasa. Ia bisa disebut sebagai seorang legenda hidup dalam sejarah penerbangan Indonesia.
Selama 34 tahun, semangat hidup pilot wanita ini diabdikan pada dunia penerbangan. Bahkan tahun lalu, namanya sempat populer karena melakukan uji coba pada pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia.
Tidak sulit menerka bahwa sosok seperti Kapten Esther pasti memiliki beragam kisah inspiratif. Liputan6.com sempat berbincang dengan sang kapten dalam acara PT DI di Hanggar Rotary Wing, Kawasan Produksi II PT DI di Bandung.
Dalam kesempatan itu, Kapten Esther menyampaikan kebanggaannya pada pesawat produksi anak bangsa.
Dia mengaku, kebanggaan berasal dari niat dan kerja keras yang ia pegang sejak awal, bukan semata karena melihat hasil jadi. Sikap anti-karbitan ini menjadi sebuah pelajaran karier yang ingin dibagikanna kepada yang lain.
"Pasti bangga (pada pesawat PT DI), tapi bangga tidak hanya bangga. Diawali kerja keras, komitmen, dan menghadapi tantangan tidak mundur. Bukan orang instan. Jangan sampai anak muda sekarang mengharapkan instan!" tegasnya berapi-api di depan gedung Aircraft Services.
Kapten Esther menambahkan, perang zaman sekarang bukan lagi memakai peluru, melainkan teknologi. Konsistensi belajar sembari menghadapi tantangan tampak sebagai kunci meraih keberhasilan.
"Kita tidak berperang dengan peluru dan senjata, tapi berperang dengan teknologi. Dan bagaimana kamu bisa tahu bahwa kamu tangguh kalau tidak menghadapi tantangan?" ujarnya.
Wanita lulusan Amerika Serikat (AS) ini sempat ditolak di dunia penerbangan akibat masalah gender. Namun, ia diterima oleh B.J. Habibie. "Dulu saya lulus dari Amerika, dunia airline tidak terima saya, dulu masih (masalah) gender. Cuma Pak Habibie yang terima saya di sini," ujar Kapten Esther.
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2MuJUur
No comments:
Post a Comment