Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Guatemala akhirnya kembali dibuka usai 26 tahun lamanya absen dari Indonesia. Pada 1993, Guatemala menutup kedutaannya akibat masalah ekonomi, padahal kantor itu baru dibuka pada setahun sebelumnya.Indonesia dan Guatemala pun hanya pernah berhubungan saat bertemu di forum internasional saja.
Kini, negara Amerika Tengah itu baru saja meresmikan kedutaan besar mereka di World Trade Center I di Jakarta. Peresmian dilakukan oleh Menlu Republik Indonesia Retno Marsudi dan Menlu Guatemala Sandra Jovel.
"Pembukaan kembali duta besar ini menandakan bab baru dari hubungan bilateral antara Indonesia dan Guatemala," ujar Menlu Retno usai peresmian kedubes Guatemala pada Selasa petang (10/12/2019).
.Duta Besar Guatemala yang akan menjabat di Indonesia adalah Jacobo Cúyub Salguero.
Retno menyebut pembukaan kembali Kedubes Guatemala ini merupakan langkah strategis negara tersebut untuk memperkuat kehadirannya di Asia Tenggara dan Asia pada umumnya. Guatemala pun dinilai sudah melihat potensi ekonomi di ASEAN.
"Saya yakin yang dilihat Guatemala adalah opportunity, kesempatan baik, yang dapat diperoleh dari persahabatan dengan Asia Tenggara dan Indonesia bagi upaya memajukan kepentingan Guatemala," kata Retno.
Terkait potensi ekonomi, Retno kembali menegaskan bahwa Guatemala akan diajak ikut ke Indonesia - Latin America and the Carribean Business Forum yang akan kembali dilaksanakan tahun depan.
Isu visa pun sudah mencapai tahap finalisasi baik untuk visa diplomatik dan dinas. Ke depannya, Menlu Retno akan membahas visa bagi pelaku usaha, serta mendorong bebas visa untuk seluruh pemegang paspor Indonesia.
Kerja Sama Sawit
Menlu Sandra Jovel menyebut Indonesia adalah negara yang sangat penting di Asia Tenggara. Pihak Guatemala juga mengaku terkesan pada progress Indonesia sebagai negara dalam sektor finansial, pariwisata, dan pengembangan energi terbarukan.
"Kita berbagi cita-cita yang sama seperti pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan budaya, promosi perdamaian, dan segala yang bisa kita raih melalui semangat kesetaraan," ujar Menlu Jovel.
Faktor pemersatu antara Indonesia dan Guatemala adalah minyak sawit. Menlu Retno pun menyebut akan mengajak Guatemala bergabung melawan diskriminasi minyak sawit.
Menlu Sandra Joval pun berkata akan terus berupaya untuk menjalin koalisi dengan pelaku sawit di Indonesia untuk menyediakan kelapa sawit yang berkelanjutan di seluruh level bisnis.
"Kita bisa menjadi sekutu strategis bagi petani kecil, menengah, dan besar yang memiliki komitmen kepada negara serta produksi budi daya minyak sawit yang bertanggung jawab," ujar Joval.
No comments:
Post a Comment