Pages

Saturday, December 21, 2019

Dinda Ayu, Betah Jadi Pelatih Renang Atlet Disabilitas

Liputan6.com, Jakarta Melatih para atlet renang disabilitas menjadi keseharian Dinda Ayu Sekartaji (24). Ia mulai bergabung dalam Pelatihan Nasional Para Games sejak 2014 silam. Kala itu, ia melatih untuk ASEAN Para Games di Incheon, Korea Selatan.

"Awalnya diajakin dosen, nyobain dan sekarang sudah terbiasa melatih," kata Dinda usai melatih di Solo, Kamis (19/12/2019).

Beragam suka duka melatih renang sudah dilaluinya. Dinda merasa lebih semangat ketika melatih atlet-atlet dengan kebutuhan khusus. Ia juga mengatakan, sebagai pelatih ia harus lebih semangat dari orang-orang yang dilatih.

"Kita harus bangun pagi lebih pagi dari mereka dan harus tidur malam lebih malam dari mereka," katanya.

Pelatnas guna persiapan ASEAN Para Games 2020 sudah dilakukan sejak Mei lalu. Atlet harus berlatih setiap hari kecuali hari Minggu dengan dua kali latihan setiap harinya yaitu pagi dan sore. 

2 dari 2 halaman

Cara Berlatih Ragam Disabilitas dalam Cabor Renang

Menurut Dinda, ada 3 kategori disabilitas untuk pertandingan internasional. Tiga kategori tersebut adalah tuna daksa, tuna netra, dan tuna grahita.

"Penyandang tuli tidak ada pelatihan di sini karena mereka ada induk organisasinya yaitu Deaflimpic," kata Dinda.

Dinda menambahkan, tentu ada perbedaan dalam penanganan masing-masing ragam disabilitas. Untuk tuna netra, pelatih menyediakan tongkat ketuk untuk memberi tanda.

"Jadi ketika dia finish dan harus kembali  berenang, kami memberi tanda dengan mengetuk bagian tengkuknya," kata Dinda.

Tongkat ketuk yang digunakan adalah tongkat panjang yang ujungnya diberi spons atau bola tenis.

Sedang, untuk melatih tuna daksa juga tidak sama dengan melatih atlet non-disabilitas. Khusus untuk atlet renang tuna daksa, pelatih harus pintar-pintar membuat ragam latihan yang disesuaikan dengan tingkat kecacatan. 

"Contohnya Jendi Panggabean, dia kan kakinya satu, kita gak mungkin suruh dia lompat-lompat dengan porsi yang sama dengan atlet lainnya, kita harus sesuaikan," ujar Dinda.

Terakhir, tuna grahita. Menurut Dinda, definisi tuna grahita adalah anak dengan IQ di bawah 75 tapi di atas 55. Penanganannya pun harus benar-benar ekstra karena berkecenderungan mudah lupa dan mengalami mood swing. 

"Jadi kalau mau marah kita harus pintar-pintar nyari kata-kata agar mereka mengerti tanpa merasa tersinggung," katanya.

Dinda adalah pelatih renang yang sempat menjadi atlet renang. Ia acap kali melatih perenang non-disabilitas. Ketika ditanya pengalaman melatih yang paling berkesan, ia menjawab, melatih atlet disabilitas.

"Jika melatih atlet disabilitas itu, tantangan terbesar saya adalah melatih banyak atlet yg usianya jauh di atas saya.  Usia saya masih 24 sedangkan misal Jendi 29 dan banyak yang lebih tua.  Jadi saya megang atlet yang jauh lebih tua tapi ketika saya harus marah ya saya marah, harus bisa memposisikan diri. itu challenge terbesar saya sih," pungkas Dinda. 

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com https://ift.tt/36Xqh8Z

No comments:

Post a Comment