Suwardi masih beruntung dibandingkan pemilik petak-petak sawah di sebelahnya. Padinya sempat dipanen dengan normal, meski hasilnya jelas menurun.
Akibat panen dini hasil panennya kali ini dipastikan turun antara 15-20 persen. Tetapi, ia lebih memilih panen dini daripada terserang lebih parah.
Sebab, dalam kondisi serangan wereng parah, padi siap panen akan gosong dan rebah. Saat rebah, bulir gabah terendam air dan mengakibatkan penurunan mutu.
Wereng itu ditularkan dari petakan sawah di sebelahnya yang bisa dikatakan gagal panen atau puso. Pasalnya, dari luasan yang ada, hanya tersisa 10 persen padi yang utuh. Lainnya telah gosong akibat serangan wereng.
Dalam kondisi normal, padi seluas 1.400 meter persegi setidaknya menghasilkan satu ton gabah kering panen (GKP). Namun akibat serangan wereng, hasilnya diperkirakan tak sampai 50 kilogram. Adapun petakan miliknya, ia menyebut dampaknya adalah penurunan hasil panen hingga 20 persen.
“Yang ini, paling sisanya 10 persen. Tidak sampai 50 kilogram,” katanya, sembari menunjukkan petakan sawah yang tanaman padinya nyaris gosong semua.
Suwardi mengemukakan, serangan wereng kali ini terjadi saat masa generatif atau padi mulai berbunga. Tetapi, dalam waktu cepat serangan wereng mengganas dan cepat menyebar ke area lainnya.
Ia pun mengaku sudah dua kali menyemprotkan pestisida di sawahnya yang seluas 3.500 meter persegi. Tetapi, lantaran tak dilakukan serentak dengan petani lainnya, wereng berhasil kabur dan tetap menyerang di hari-hari berikutnya.
“Kalau diibaratkan kanker, ini kanker ganas lah. Cepat sekali serangan werengnya,” ujarnya.
Serangan wereng rupanya tak hanya terjadi di area persawahan Cibenda. Wereng juga menyerang tanaman padi di Cisumur dan Gandrungmanis Kecamatan Gandrungmangu. Dia menduga curah hujan yang meningkat sekitar sebulan terakhir memicu parahnya serangan.
from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2CHiEqI
No comments:
Post a Comment