Sekitar 38 ribu peserta mengikuti Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali yang berlangsung pada 8-14 Oktober 2018. Bahkan, event ini diklaim Pemerintah Indonesia sebagai event pertemuan tahunan terbesar yang pernah diadakan di luar Amerika Serikat (AS).
Hal lebih hebat lagi, meski menjadi pertemuan tahunan terbesar namun penggunaan anggaran cukup hemat. Dari alokasi anggaran Rp 855 miliar, hingga hari ke-6 penyelenggaraan, anggaran yang terserap hanya sekitar Rp 500 miliar.
Menengok event serupa seperti di Jepang, Singapura dan Turki rata-rata menghabiskan anggaran Rp 1 triliun hingga Rp 1,2 triliun. Bahkan pertemuan tahunan terakhir di Peru pada 2015, menelan anggaran Rp 2 triliun.
"Kami hampir tidak ada beli barang baru. Kami sewa semua. Jadi kalau ada yang bilang kami mewah-mewah, aneh. Presiden Bank Dunia kami suruh naik taksi hanya tidak ada namanya (label) taksi di situ," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus penanggung jawab pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia Luhut Binsar Panjaitan seperti ditulis, Minggu (14/10/2018)
Melihat konsep dan keberlangsungan event, meski berstatus internasional, namun nuansa kearifan lokal sangat kental dalam Pertemuan IMF-Bank Dunia ini. Ini menjadi bukti bahwa pemerintah ingin menonjolkan Indonesia sebagai negara yang keragaman budaya kepada dunia.
Bisa dilihat dari diangkatnya kopi asal Indonesia sebagai menu wajib disajikan kepada seluruh peserta dan delegasi. Bahkan, terdapat banyak pojok kopi di beberapa veneu acara.
Managing Director IMF Christine Lagarde dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dan semua peserta pada akhirnya merasakan kopi asal Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, alasan kopi diangkat dalam acara ini dikarenakan kopi asal Indonesia sangat terkenal di dunia. Bahkan, Perry menyebut pertemuan ini berkonsep 'Diplomasi Kopi'.
"Kita selalu kalau hadir di luar negeri selalu ada pojok kopi Indonesia. Karena kopi Indonesia itu sangat terkenal di dunia. Dan sekarang kita pakai model Diplomasi Kopi di sini," ujar Perry.
Bahkan, kopi juga dijadikan media donasi korban bencana di Lombok, Palu dan Donggala di pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia ini. Ini sekaligus menjadi bukti komitmen penyelenggara untuk tetap peduli terhadap korban bencana ditengah terselenggaranya acara.
Tak hanya itu, kearifan lokal juga ditonjolkan ketika panitia menyarankan para peserta untuk menggunakan batik selama acara. Bagi peserta yang tak memiliki batik, terdapat beberapa lokasi yang khusus menjual batik.
from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2NGzsk7
No comments:
Post a Comment