Liputan6.com, Washington DC - Pada 9 Juli 2002, Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) menemukan objek angkasa luar yang berada dekat dengan Bumi atau near-Earth object (NEO), yang oleh NASA diberi nama sebagai (89959) 2002 NT7 atau populer disebut sebagai asteroid 2002 NT7.
Ketika hal itu diumumkan untuk pertama kali pada 16 tahun yang lalu, publik dan media dibuat cemas, karena, benda asing berdiameter 2-4 km itu kemungkinan mampu menghantam Bumi dengan kerusakan yang dahsyat. Kini, kekhawatiran itu mencuat kembali di dunia maya lewat simpang-siur informasi di sejumlah media sosial.
Menurut kalkulasi awal para astronom pada 2002, asteroid itu akan menghantam Bumi dengan kecepatan 27 kilometer per detik, dengan kekuatan 30 juta kali lebih besar dari bom atom Hiroshima 1945.
Namun, setelah melakukan kalkulasi lebih lanjut dan lebih mendalam, NASA mengumumkan bahwa sangat kecil kemungkinan asteroid 2002 NT7 akan menghantam Bumi pada 2019.
"Ancamannya sangat kecil, dengan kemungkinan 1 berbanding 250.000. Perbandingan itu sangat kecil," kata Manajer Program Near-Earth Object untuk Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, Don Yeomans dalam wawancara di laman resmi NASA pada 30 Juli 2002, seperti dilansir kantor berita Agence France-Presse (AFP) via Spacedaily.com, dikutip Minggu (14/10/2018).
Senada, Karen Masters (associate professor di Haverford College Pennsylvania) juga menyatakan bahwa kecil kemungkinan asteroid 2002 NT7 akan menghantam Bumi pada 2019 atau 2-3 tahun mendatang. Bahkan, ia memperkirakan bahwa asteroid 2002 NT7 tak lagi berpotensi menimbulkan ancaman bagi Bumi.
Astronom lulusan Cornell University Amerika Serikat dan Oxford University Inggris itu memberikan penjelasan tertulis dalam laman resmi Cornell University:
"Menurut kalkulasi 2004 (pembaruan atas kalkulasi 2002), kemungkinan asteroid itu menghantam Bumi adalah 1 berbanding 100.000 yang masuk dalam kategori berisiko sangat minim," kata Masters.
"Per data Juli 2015 (yang dihimpun oleh Masters dari Cornell University, NASA dan beberapa lembaga lain), asteroid itu TIDAK akan bertabrakan dengan Bumi dalam waktu dekat."
"Menurut kalkulasi (tahun 2015), pada 15 Januari 2099, asteroid itu (2002 NT7) akan berjarak 0,37 AU (astronomical unit) dari Bumi (atau lebih dari 100 kali jarak Bumi ke Bulan, yakni sekitar 384-400 juta km). Dan itu adalah jarak terdekatnya dengan Bumi hingga setidaknya tahun 2199," jelas Masters.
"Asteroid 2002 NT7 pun juga sudah tidak dianggap ancaman berbahay bagi Bumi ... karena, berdasarkan data dan model kalkulasi yang ada, 2002 NT7 tidak akan menabrak Bumi."
"Lantas, bagaimana jika ternyata benar-benar ada sebuah asteroid yang berada di lintasan untuk menabarak Bumi? Lembaga antariksan nasional akan mengeluarkan peringatan sejak beberapa tahun sebelumnya. Dan dengan teknologi yang terus dikembangkan, ilmuwan bisa membelokkan atau menghancurkan objek itu saat masih berada di angkasa luar," lanjutnya.
Masters juga mengimbau agar publik tidak gampang termakan pemberitaan media dan harus terus bersikap skeptis.
Ia menganjurkan agar publik meninjau situs-situs resmi badan antariksa nasional setempat atau badan antariksa asing seperti laman Asteroid Watch dan Near-Earth Object Program yang dikelola NASA, agar tidak termakan tentang informasi atau berita hoaks seputar asteroid yang menghantam Bumi.
Simak video pilihan berikut:
No comments:
Post a Comment