Ketika diberitahu tentang mutasi yang dia miliki, Cameron baru mengerti tentang segala pengalaman masa lalunya yang terlihat baik-baik saja. Dia pernah mengalami patah lengan ketika berusia delapan tahun dan tidak memberi tahu siapa pun sampai tulangnya pulih dengan sendirinya meskipun tidak benar-benar normal.
Selain itu, dia bisa memakan cabai yang sangat pedas tanpa terasa kepedasan. Cameron juga menceritakan bahwa dirinya pernah tidak sengaja menyetrika kulitnya dan luka bakarnya sembuh dengan cepat.
"Saya sedikit terhibur ketika mengetahuinya," kata Cameron.
Para peneliti mengatakan bahwa ibu dari Cameron merasakan sakit seperti orang biasa. Namun, putranya atau dalam hal ini saudara Cameron, memiliki mutasi yang kepekaannya terhadap rasa sakit tidak terlalu tajam. Mereka menduga, ayah Cameron telah mewariskan mutasi tersebut.
"Pasien tidak kehilangan sama sekali kepekaan terhadap rasa sakit, tapi kami melihatnya. Ketika mereka msaih muda, mereka mungkin menggigit sebagian lidah dan melukai jari mereka sendiri karena belum tahu itu berbahaya," kata peneliti studi James Cox.
Di sisi lain, meski berbahaya bagi diri mereka sendiri, ada harapan baru dengan adanya temuan ini untuk dunia medis. Khususnya untuk membantu orang-orang yang hidup dalam rasa sakit.
"Setelah kami bisa memahami cara kerja gen baru, kami berpikir tentang terapi gen yang kita lihat dalam dirinya. Ada jutaan orang yang hidup dalam kesakitan dan membutuhkan analgesik baru. Pasien seperti ini memberikan kita wawasan sesungguhnya dalam sistem rasa sakit."
from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2WzoyS7
No comments:
Post a Comment