Liputan6.com, Pasuruan - Perseteruan antara guru dan wali murid terjadi di Kabupaten Pasuruan. Pemicunya sang siswa tak terima karena dihukum akibat terlambat masuk sekolah.
Sampai-sampai, sang guru salah satu MTs di Dusun Babat, Desa Randupitu, Kecamatan Gempol ini pun dilaporkan ke kepolisian oleh orangtua murid tersebut.
"Saya tak terima anak saya dipukul (gurunya). Maka saya putuskan melaporkan kejadian ini ke Polsek Gempol," kata Sochib (55), wali murid asal Dusun Keboireng, Desa Ngerong, Kecamatan Gempol, Selasa, 30 Oktober 2018.
Sochib menganggap, Sutrisno (56) sang guru Bimbingan Konseling, arogan lantaran memukul anaknnya. Meskipun awalnya, Dn (15), anak Sochib, mengumpati sang guru dengan kata-kata kasar.
Kompol I Nengah Darsana, Kapolsek Gempol, menjelaskan jika berdasarkan hasil pemeriksaan. Dn dijitak Sutrisno lantaran telah berkata kasar dan tidak sopan, saat dihukum membersihkan sampah, lantaran datang seusai upacara bendera hari Senin kemarin.
"Laporan serta pemeriksaan antara pelapor dan terlapor sudah kami proses. Saat ini, keduanya kami upayakan mediasi," ungkap Kompol I Nengah Darsana, di kantornya.
Sementara itu, Sutrisno menuturkan, jika kejadian ini berawal saat Dn dan dua siswa lainnya masuk sekolah saat upacara bendera telah selesai. Otomatis, Sutrisno pun memanggil mereka untuk menerima hukuman membaca surat Yasin.
"Lantaran tak bisa, hukuman pun diganti dengan membuang keenam isi tong sampah ke gerobak sampah. Tak lama, mereka pun mengaku sudah menyelesaikan hukumannya," katanya.
Namun saat dicek, hanya tiga tong sampah yang isinya dibuang. Sutrisno pun menyuruh mereka untuk melanjutkan kembali. Dn pun tak terima lalu melontarkan makian kepada Sutrisno, "Janc*k iku".
"Mendengar ucapan itu saya langsung menjitak pipi kirinya dua kali. Tidak keras, bukan meninjunya," ucap Sutrisno.
Kemudian, Dn siswa kelas IX ini lalu keluar menyalakan mesin motor dengan menancapkan gas motor keras-keras, serta mengancam akan mengadukan ke orangtuanya.
"Begitu cerita singkatnya. Saksinya ada. Tujuan saya menghukum siswa itu, biar jadi disiplin. Tidak ada unsur apa-apa," ujar Sutrisno.
Simak video pilihan berikut ini: